Gontor Bangun Peradaban Dunia
Berbicara
mengenai peradaban, berarti berbicara mengenai hal yang sangat luas karena
mengenai manusia dan perkembangannya, dalam bahasa Arab bisa diartikan secara
umum dengan kata hadhoroh yang
mengandung arti perkembangan kelompok manusia dalam suatu daerah baik yang
terlihat nyata maupun tidak. Antonim dari kata hadhoroh adalah baadiyah. Yaitu sekelompok orang yang
berpindah-pindah tempat setelah tempat itu tidak dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Perdaban
modern saat ini cukup untuk menyilaukan mata bagi mereka yang memang tidak
mengetahui hakikat dari sebuah peradaban. Bukanlah peradaban itu hanyalah
bangunan yang mewah nan megah, bukan pula teknologi yang berkembang pesat, atau
pengaruh sebuah Negara kepada Negara lainnya, melainkan peradaban adalah
seperti yang telah dicontohkan oleh islam, sebuah peradaban terbesar di dunia.
Dalam
Al-Quran ada konsep yang menarik mengenai peradaban, hal ini secara tidak
langsung dapat dipahami dalam surat Ibrahim ayat 24-25, diibaratkan peradaban
manusia, itu bagaikan pohon (syajaroh)
yang akarnya kuat dan batangnya tinggi menjulang, yang darinya tumbuh
cabang-cabang yang rimbun, dasar yang kuat inilah yang paling berpengaruh
terhadap sebuah sejarah peradaban manusia, dasar itu adalah kalimat yang baik
yaitu kalimat tauhid, betapa hebatnya sebuah peradaban yang dimulai dari sebuah
kalimat tauhid sehingga menjadi teladan dari peradaban bangsa-bangsa di dunia
ini.
Dalam
sejarahnya peradabannya Islam tidak banyak meninggalkan bangunan-bangunan
megah, akan tetapi peradaban Islam meninggalkan tradisi kelimuan yang sangat
tinggi, maka peradaban yang nyata adalah peradaban keilmuan seperti yang
dicontohkan oleh Islam dari asal mula Islam berkembang tradisi keilmuan sudah
sangat kental dilaksanakan, bahkan tradisi ini terus menerus diwariskan dari
generasi ke generasi.
Peradaban
Islam yang sangat maju itu dapat disaksikan dalam berbagai sejarahnya bahkan
pada masa pemerintahan Umar bin Abdil Aziz setiap penduduknya dan masih banyak
lagi contoh dari kemakmuran bangsa yang melandaskan Islam sebagai landasannya.
Seorang penyair Abu Atahiah berkata “sesungguhnya sebuah bangsa akan eksis
dengan akhlaknya. Maka jika akhlaknya hilang, binasalah bangsa tersebut”.
Bahkan rasa amanpun akan dirasakan seperti halnya udara yang selalu menyejukkan
raga Al-Jalad seorang sufi berkata “Kalaulah bukan karena kerendahan hati
(akhlak), maka setiap langkah, kami merasakan ancaman”.
Indonesia
yang merupakan Negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia mempunyai system
pendidikan Islam yang diturunkan dari generasi ke generasi, itulah pesantren,
saat ini pesantren masih berkembang di Indonesia. Banyak pesantren-pesantren
yang telah melahirkan tokoh-tokoh sentral pada masa perjuangan kemerdekaan
ataupun pada masa kini. Sistem pendidikan pesantren tidak dapat dipungkiri
merupakan hasil asli dari peradaban nusantara, mempunyai sistem asrama, kyai
sebagai sentral figurnya dan masjid meruapakan sentral kegiatannya, santri
(murid) di dalamnya belajar selama 24 jam.
Ada
berbagai macam pesantren di Indonesia, tetapi secara umum dalam kesehariannya
santri disibukkan oleh berbagai kegiatan yang positif, lepas dari lingkungan
yang tidak kondusif, kesehariannya ia tetap focus terhadap tugasnya yaitu
belajar. Ada hal yang unik mengenai belajar di pesantren, bahwa di pesantren
bukan hanya belajar pelajaran-pelajarannya saja akan tetapi belajar menghormati
atau memuliakan ilmu dan guru (‘ulama) atau dalam bahasa Arabnya yang sering di
ucap dengan ikraamul ulum wal ulamaai.
Mungkin ada sebagian dari sekolah-sekolahan atau lembaga pendidikan lain yang
hanya ikraamul ulum saja tanpa adanya
ikraamul ulamaai karena ini yang
sudah hilang dari mereka. Hal ini dijalani seorang santri selama kurun waktu
yang cukup lama dan jika seseorang berada dalam lingkungan yang kondusit selama
itu, maka hal-hal yang positif akan menjadi kebiasaannya.
Kebiasaan-kebiasaan
yang baik ini yang nantinya akan memberikan efek yang sangat besar bagi sebuah
komunitas, seperti halnya yang terjadi Jepang saat ini, tidak ditemukan
kemacetan pada hari hari kerja, setiap orang berdisiplin waktu dan
mendisiplinkan dirinya dalam transportasi untuk membentuk sebuah kepribadian
seperti itu, bukanlah perkara yang mudah dan sebentar, mendisiplinkan dirinya
selama 16 tahunlah yang membentuk masyarakat Jepang berdidiplin, dalam
pesantren bertahun-tahun dalam kondisi yang baik diharapkan cukup untuk
membentuk pribadi yang baik. Maka lingkungan yang baik ini akan membentuk
pribadi yang baik pula.
Membangung
sebuah peradaban memerlukan individu-individu yang memahami konsep islam secara
sempurna, baik mentalitas maupun keilmuannya, itulah tujuan yang harus dicapai
dalam pendidikan, kebaikan individu secara menyeluruh ini akan berpengaruh terhadap lingkungan yang
lebih luas cakupannya. Maka cerita di atas pun tentang berita di Indonesia
mungkin tidak akan pernah terjadi jika mentalitas dan keilmuan anak bangsa
mencukupi.
Di
pesantren ada keselarasan dua tujuan pendidikan tersebut yaitu mentalitas dan
keilmuan, murid-murid di pesantren berasrama di didik untuk membentuk karakter
dan keilmuan yang kuat, yang akhirnya ketika keluar dari pesantren ia memiliki
motivasi yang kuat menghadapi situasi terburuk sekalipun, dengan asas tauhid
yang diajarkan dalam pesantren, diharapkan seseorang akan menjadi pribadi yang
lebih baik. Maka tidak berlebihan jika pesantren merupakan pilihan utama bagi
bangsa Indonesia untuk membangun dasar yang kuat, sehingga bangsa ini bahkan
“DUNIA” seklipun menjadi yang memiliki peradaban dan beradab.
Maka
beruntunglah kita yang melanjutkan dan mengenyam pendidikan di pesantren,
contohnya di Pondok Modern Gontor ini. Pondok yang memiliki peradaban islami
yang mengeksplorasi potensi, menuju pengembangan yang positif, berbarengan
dengan lajunya perkembangan peradaban, peradaban dunia yang tidak bisa di
hentikan atau dihindari. Inilah salah satu cita-cita para TRIMURTI bahwa
segalanyadimulai dari GONTOR termasuk peradaban juga, karena kegiatan-kegiatan
dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di pondok ini harus berunsurkan keislaman,
keilmuwan dan kemasyarakatan. Wallahu
a’lam
oleh Ust. Fawwas
oleh Ust. Fawwas
Mantap
BalasHapusLagi dong Yu, tentang Kampung Damai :)
BalasHapus